
Timnas Putri Indonesia, Satoru Mochizuki, menyatakan bahwa kekalahan timnya dari Pakistan dalam laga kedua Grup D kualifikasi Piala Asia Putri 2026 di Indomilk Arena, Kabupaten Tangerang, tidak dapat disandarkan pada belum berjalannya kompetisi sepak bola putri.
Dalam sesi konferensi pers Indonesia vs Pakistan, Satoru Mochizuki ditanya oleh seorang jurnalis apakah kekalahan ini disebabkan oleh kurangnya pengalaman para pemain lokal yang minim jam terbang, mengingat Liga 1 Putri baru dimulai dua tahun lalu.
Menanggapi hal tersebut, pelatih asal Jepang ini mengungkapkan bahwa ia tidak ingin menyalahkan PSSI.
Menurutnya, federasi telah memberikan dukungan penuh kepada Timnas Putri Indonesia melalui pemusatan latihan yang intensif serta mendatangkan pemain-pemain diaspora baru seperti Iris de Rouw, Felicia de Zeeuw, Isa Warps, dan Emily Nahon.
“Memang pentingnya ada lingkungan yang bisa bermain untuk sepak bola putri dari umur kecil sampai level top liga,” ungkap Mochizuki setelah pertandingan melawan Pakistan.
“Namun, federasi sudah berusaha keras dengan mengadakan tes panjang dan mendatangkan pemain diaspora untuk memperkuat tim,” tambahnya.
Di kesempatan lain, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menjelaskan bahwa belum dimulainya Liga 1 Putri disebabkan oleh kurangnya talenta pemain putri di Indonesia.
“Jika liga dipaksakan untuk berjalan, bisa jadi akan mati lagi. Jadi, meskipun mendapatkan banyak tekanan dan kritik, saya tidak terburu-buru,” jelas Erick.
“Sebagai Ketua PSSI, saya memiliki tanggung jawab lebih besar.”
Perlu dicatat bahwa Liga 1 Putri untuk pertama dan terakhir kali diadakan pada 2019, di mana Persib Putri berhasil menjadi juara setelah mengalahkan TIRA-Persikabo Kartini dengan agregat 6-1.
Leave a Reply